Pengen sekolah sampai tingkat apakah dirimu?

Rabu, 10 Juli 2013

"Seputar Sholat Tarawih dan Qunut Witir"



Sholat Tarawih
Syaikh Nashiruddin Al-Albani telah menjelaskan perincian tentang tata cara shalat tarawih dalam kitab “Shalat Tarawih” (hal.101-105), kemudian disini diringkasnya untuk mempermudah pembaca dan sebagai peringatan.
Cara Pertama
Shalat 13 rakaat yang dibuka dengan 2 rakaat yang ringan atau yang pendek, 2 rakaat itu menurut pendapat yang kuat adalah shalat sunnah ba’diyah Isya’. Atau 2 rakaat yang dikhususkan untuk membuka shalat malam, kemudian 2 rakaat panjang sekali, kemudian 2 rakaat kurang dari itu, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian witir 1 kali.
Cara Kedua
Shalat 13 rakaat diaantaranya 8 rakaat salam pada setiap 2 rakaat kemudian melakukan witir 5 rakaat tidak duduk dan salam kecuali pada rakaat kelima.
Cara Ketiga
Shalat 11 rakaat, salam pada setiap 2 rakaat dan witir 1 rakaat.
Cara Keempat
Shalat 11 rakaat, shalat 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian 4 rakaat lagi seperti itu kemudian 3 rakaat. Lalu apakah duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat pada yang 4 dan 3 rakaat? Kami belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dalam masalah ini. Tapi dudukpada rakaat kedua dari yang tiga rakaat tidak disyariatkan !.
Cara Kelima
Shalat 11 rakaat diantaranya 8 rakaat, tidak duduk kecuali pada yang kedelapan, (pada yang ke-8 ini –pent) bertsyahud dan bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdiri lagi dan tidak salam, kemudian witir 1 rakaat, lalu salam, ini berjumlah 9 rakaat, kemudian shalat 2 rakaat lagi sambil duduk.
Cara Keenam
Shalat 9 rakaat, 6 rakaat pertama tidak diselingi duduk (tasyahud – pent) kecuali pada rakaat keenam dan bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam dan seterusnya sebagaimana tersebut dalam cara yang telah lau.
Inilah tata cara yang terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam secara jelas, dan dimungkinkan ditambah cara-cara yang lain yaitu dengan dikurangi pada setaip cara berapa rakaat yang dikehendaki walaupun tinggal 1 rakaat dalam rangka mengamalkan hadist Rasulullah Shallaalhu ‘alaihi wa sallam yang telah lalu
(“…Barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 5 rakaat, barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 3 rakaat, barang siapa yang ingin,witirlah dengan 1 rakaat) [Faedah penting : Berkata Ibnu Khuzaimah dalam “Shahih Ibni Khuzaimah” 2/194, setelah menyebutkan hadist Aisyah dan yang lainnya pada sebagian cara-cara tersebut, maka dibolehkan shalat dengan jumlah yang mana dari yang dia sukai dari yang telah diriwayatkan daari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya tida larangan bagi siapapun padanya, Saya katakan: Ini difahami sangat sesuai dengan apa yang kita pilih yang konsisten dengan jumlah yang shahih. DariNabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menambahinya. Segala puji bagi Allah atas taufiq-Nya dan aku meminta Nya untuk menambahi keutamaan-Nya.] [1].
Shalat 5 dan 3 rakaat ini, jika seseorang menghendaki untuk melakukannya dengan 1 kali duduk (tasyahud –pent) dan satu kali salam sebagaimana pada cara kedua, boleh. Dan jika ingin, bisa dengan salam pada setiap 2 rakaat seperti pada cara ketiga dan yang lain dan itu lebih baik[2]. Adapun shalat yang 5 dan 3 rakaat denagn duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat tanpa salam, kita tidak mendapatinya terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wasallam, pada asalnya boleh, akan tetapi nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam ketika melarang untuk 3 rakaat dan memberikan alasannya dengan sabda beliau “Jangan serupakan dengan shalat mahgrib...”
(diriwayatkan At-Thahawi dan Daruquthni dan selain keduanya lihat
“Shalatut Tarawih” hal 99-110) .
Maka bagi yang ingin shalat witir 3 rakaat hendaknya keluar dari
cara penyerupaan terhadap mahgrib dan itu dengan 2 cara :
1. Salam antara rakaat genap dan ganjil itu lebih utama.
2. Tidak duduk (tasyahud –pent) antara genap dan ganjil, (yakni
pada rakaat kedua –pent).
(Dinukil dari terjemahan kitab "Qiyamu Ramadhan", karya Syaikh
Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih
Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al-
Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih”
Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press)
Bacaan pada witir yang Tiga rakaat
Diantara sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ialah membaca
pada rakaat pertamanya surat Al-A’la dan kedua membaca surat Al
Kafirun dan pada rakaat ketiga membaca surat Al-Ikhlas dan
terkadang menambahkan dengan surat Al-Alaq dan An-Naas. Telah
terdapat pula dalam riwayat yang shahih bahwa beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca pada satu rakaat witir dengan 100 ayat
dari surat An-Nisa’. (Riwayat An-Nasai dan Ahmad dengan sanad
yang shahih).
Doa Qunut witir dan tempatnya
Sesudah membaca bacaan (surat –pent) sebelum ruku’ terkadang
beliau melakukan qunut dan berdoa dengan doa yang Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada cucunya Hasan bin Ali,
yaitu :
 “Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah
Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan
apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau
lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau
sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku,
jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan,
sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan tidak ada
orang yang memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang
yang Engkau bela tidak akan terhina, dan orang yang Engkau
musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan
Maha Tinggi Engkau.” [HR. Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad,
Ad-Darimi, Al-Hakim dan Al- Baihaqi. Sedang doa yang ada di
antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi. Lihat Shahih At- Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh
Al- Albani 2/172.]
Kemudian terkadang bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Dan tidak mengapa melakukan qunut setelah ruku', juga
menambah melaknati orang-orang kafir, dan bersholawat kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendoakan kaum muslimin
pada pertengahan kedua dari bulan ramadhan, karena telah ada
yang demikian ini dimasa Umar radhiyallahu ‘anhu, yang telah
tersebut pada hadist Abdurrahman bin Abdul Qari’ : Dan mereka
melaknati orang-orang kafir pada pertengahan (ramadhan –pent)” :
 “Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang menghalangi dari
jalan-Mu dan mendustakan para Rasul-Mu dan tidak beriman
dengan janji-Mu. Cerai beraikan persatuan mereka, lemparkan rasa
takut pada hati mereka, dan lemparkan adzab-Mu atas mereka
wahai Illah yang haq.”
Kemudia bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berdoa untuk kaum muslimin semampunya dari kebaikan, lalu
mintakan ampun untuk mereka. Dia berkata juga “Setelah selesai
melaknati orang-orang kafir dan bersholawat kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diteruskan dengan membaca :
 “Ya Allah! KepadaMu kami menyembah. UntukMu kami melakukan
shalat dan sujud. KepadaMu kami berusaha dan melayani. Kami
mengharapkan rahmatMu, kami takut pada siksaanMu.
Sesungguhnya siksaanMu akan menimpa pada orang- orang kafir.
Ya, Allah! Kami minta pertolongan dan minta ampun kepadaMu,
kami memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami
beriman kepadaMu, kami tunduk padaMu dan berpisah pada orang
yang kufur kepadaMu.” [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra,
sanadnya menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211.
Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya
shahih dan mauquf pada Umar]
Kemudian bertakbir dan menuju sujud. (Riwayat Ibnu Khuzaimah
dalam kitab “Shahihnya” (2/155-156/1100)).
Yang diucapkan di akhir witir
Termasuk dari sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
mengucapkan pada akhir shalat witir sebelum atau sesudah salam :
 “Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaanMu dari
kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari siksaMu. Aku
berlindung kepadaMu dari ancamanMu. Aku tidak mampu
menghitung pujian dan sanjungan kepadaMu, Engkau adalah
sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu sendiri.” [HR.
Empat peenyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At-
Tirmidzi 3/180 dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta kitab Irwa’ul
Ghalil 2/175. [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, sanadnya
menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al-
Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya shahih dan
mauquf pada Umar]
Kemudian jika telah salam dari shalat witir mengucapkan :
Subhaanal malikil qudduusi (rabbul malaaikati warruh) tiga kali,
sedang yang ketiga, beliau membacanya dengan suara keras dan
panjang. [HR. An-Nasai 3/244, Ad-Daruquthni dan beberapa imam
hadis yang lain. Sedang kalimat antara dua tanda kurung adalah
tambahan menurut riwayatnya 2/31. Sanadnya shahih, lihat Zadul
Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-
Arnauth 1/337.
Dua rakaat setelah witir
Dibolehkan shalat dua rakaat, karena telah terdapat dalil dari
perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (riwayat Muslim dan lain
lihat “Shalat Tarwih”hala:108-109), bahkan beliau memerintahkan
umatnya dengan sabdanya :
“Sungguh safar ini payah dan berat, maka jika salah seorang dari
kalian telah melakukan witir, hendaknya rukuk (shalat) dua rakaat,
jika bangun, jika tidak keduanya telah memilikinya.” (Riwayat Ibnu
Khuzaimah dalam “Shahih”nya dan darinya juga yang lainnya. Telah
ditahkrij dalam “Silsilah Shahihah”. Dulu aku Tawaquf (tidak bisa
memutuskan pada masalah itu) dalam waktu yang cukup lama,
maka tatkala saya dapatkan perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang mulia ini cepat-cepat saya mengambilnya dan saat itu
saya tahu bahwa sabdanya : " اجعلوا اخر صلا تكم با ليل وترا “Jadikanlah witir
akhir shalat kalian dimalam hari” adalah kewajiban pilihan saja
bukan merupakan kewajiban dan itu adalah pendapat Ibnu Nashr
hal:130 )
Dan disunnahkan untuk membaca pada kedua rakaatnya surat Al
Zilzalah dan surat Al Kafiruun. (Riwayat Ibnu Khuzaimah
(1104,11050 dari hadist Aisyah dan Anas radhiyallahu ‘anhum
dengan dua sanad yang saling menguatkan)
(Dinukil dari terjemahan kitab "Qiyamu Ramadhan", karya Syaikh
Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih
Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al-
Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih”
Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar